TEMPO.CO, Jakarta - Tiga tentara Israel tewas dan dua lainnya cedera selama operasi di Jalur Gaza utara, demikian pengumuman militer Israel pada Selasa 3 Juni 2025.
Menurut pernyataan militer, para tentara tersebut tewas pada Senin malam ketika sebuah alat peledak meledak di dekat kendaraan mereka di daerah Jabalia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir The Times of Israel, para prajurit yang tewas adalah Sersan Lior Steinberg, 20 tahun, seorang tenaga medis tempur; Sersan Ofek Barhana, 20 tahun, seorang tenaga medis tempur; dan Sersan Omer Van Gelder, 22 tahun, seorang komandan regu.
Itu adalah korban paling mematikan bagi militer Israel sejak mereka memulai kembali genosida di Gaza setelah pelanggaran gencatan senjata pada 18 Maret.
Pasukan tersebut tergabung dalam Batalyon Rotem dari Brigade Givati milik tentara Israel, kata pernyataan tersebut. Menurut penyelidikan awal IDF, kelima tentara tersebut berada di sebuah Humvee di Jabalia, mengawal mobil pemadam kebakaran tentara yang memasuki Gaza untuk memadamkan pengangkut personel lapis baja yang terbakar karena masalah teknis.
Para pejuang Palestina dilaporkan menanam alat peledak yang menghantam kendaraan yang membawa kelima tentara tersebut.
Di sepanjang rute yang sama, militer israel kemudian menemukan sekitar 20 bom yang telah disiapkan untuk diledakkan. Belum jelas mengapa bom lainnya tidak meledak.
Evakuasi tentara yang terluka menjadi rumit dan berlarut-larut, karena pasukan dalam konvoi menyadari bahwa mereka berada di daerah yang penuh dengan jebakan bahan peledak. Militer israel juga melakukan sejumlah serangan di daerah tersebut untuk memungkinkan evakuasi.
Kematian tersebut terjadi di tengah berlanjutnya genosida Israel di seluruh Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023. Meskipun tekanan internasional meningkat untuk gencatan senjata, Israel terus melanjutkan perang genosida yang menewaskan hampir 54.500 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.