Apa Saja Unsur-Unsur Kimia dalam Satu Unit Amunisi?

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Insiden ledakan di lokasi pemusnahan amunisi usang milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, pada 12 Mei 2025, menewaskan 13 orang—terdiri dari empat anggota TNI Angkatan Darat dan sembilan warga sipil.

Ledakan ini diduga dipicu oleh kesalahan dalam tahap awal persiapan detonasi, atau reaksi lambat dari sisa bahan kimia dalam amunisi tua. Tragedi ini kembali membuka pertanyaan: apa saja unsur-unsur kimia yang terkandung dalam sebuah amunisi, dan sejauh mana dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia?

Dilansir dari Enviro.wiki, beberapa kelompok senyawa kimia utama dalam bahan baku amunisi mencakup:

  • Nitroaromatik, seperti 2,4,6-trinitrotoluene (TNT) dan 2,4-dinitrotoluene (2,4-DNT).
  • Nitramina, contohnya RDX dan HMX, yang banyak digunakan dalam bahan peledak militer.
  • Ester nitrat, seperti nitrogliserin (NG) dan pentaeritritol tetranitrat (PETN).
  • Nitroselulosa (NC), yang sering digunakan sebagai dasar propelan.

Selain itu, terdapat pula amonium perklorat, yang biasa digunakan dalam bahan bakar roket padat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam perkembangannya, militer juga mengembangkan amunisi tidak sensitif (Insensitive Munitions/IM)—jenis bahan peledak generasi baru yang dirancang agar lebih stabil dan tidak mudah meledak secara tidak sengaja, berbeda dengan bahan peledak tradisional yang lebih reaktif.

Asap membumbung akibat ledakan detonator dalam pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI AD di pantai Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/25/2025). ANTARA/HO-Warga

Secara umum, bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan gelombang reaksi kimia saat ledakan berlangsung:

  • Jika kecepatan gelombangnya melebihi kecepatan suara (supersonik), proses ini disebut detonasi. Bahan dengan karakteristik ini termasuk dalam kategori bahan peledak tinggi.
  • Sebaliknya, jika kecepatan reaksinya lebih lambat dari kecepatan suara, prosesnya disebut deflagrasi atau pembakaran cepat. Jenis ini lebih sering digunakan sebagai propelan, bukan bahan peledak utama.

Bahan peledak yang digunakan militer umumnya merupakan campuran dari beberapa senyawa aktif, seperti trinitrotoluene (TNT), RDX, HMX, tetryl, dan ammonium picrate. Namun, banyak dari bahan ini kini mulai digantikan oleh teknologi baru yang lebih aman, yaitu amunisi tidak sensitif (Insensitive Munitions/IM).

IM dirancang untuk mengurangi risiko ledakan tak disengaja. Jika terkena panas, peluru, pecahan, atau ledakan lain di sekitarnya, bahan ini akan terbakar secara terkendali—bukan meledak. Beberapa senyawa utama dalam IM antara lain 2,4-dinitroanisol (DNAN), nitroguanidin (NQ), dan 3-nitro-1,2,4-triazol-5-on (NTO), meskipun tetap bisa mengandung bahan konvensional seperti RDX dan HMX.

Sementara itu, propelan—bahan pendorong dalam amunisi—umumnya berbasis nitroselulosa (NC) dan sering dikombinasikan dengan senyawa lain seperti nitrogliserin (NG), NQ, DNT, serta aditif tambahan seperti pengikat, plasticizer, pengontrol laju bakar, dan stabilisator.

Propelan ini diklasifikasikan berdasarkan komposisinya:

  • Tunggal: hanya menggunakan NC.
  • Ganda: menggabungkan NC dan NG.
  • Rangkap tiga: menambahkan NQ ke dalam campuran NC dan NG.

Dampak kesehatan dan Lingkungan

Paparan manusia terhadap senyawa bahan peledak militer (explosive materials/EM) dapat menimbulkan risiko kesehatan serius. Misalnya, paparan TNT melalui kulit atau tertelan dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati, gangguan darah, kehilangan nafsu makan, hingga anemia. RDX dalam dosis tinggi juga berbahaya, terutama bagi sistem saraf, dan dapat memicu kejang.

Beberapa senyawa, seperti RDX, bahkan bisa terakumulasi dalam tanaman pangan, membuka jalur paparan tambahan melalui makanan atau kontak langsung.

Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) mengklasifikasikan TNT dan 2,4-DNT sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia. Sementara itu, HMX belum termasuk dalam kategori karsinogen, tetapi penelitian pada hewan menunjukkan dampak negatifnya terhadap hati dan sistem saraf.

Untuk mengurangi risiko ini, militer AS telah mulai menggantikan bahan peledak konvensional dengan amunisi tidak sensitif (IM) seperti DNAN, NTO, dan NQ. Namun, karena bahan-bahan ini masih relatif baru, penelitian mengenai toksisitasnya masih terus berlangsung.

Dani Aswara dan Dicky Kurniawan berkontribusi dalam tulisan ini

Pilihan editor: Kontroversi Keberadaan Warga Sipil Saat Pemusnahan Amunisi TNI AD

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |