Hal yang Perlu Diwaspadai jika Duduk Dekat Jendela di Pesawat

1 day ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Kursi di dekat jendela menjadi pilihan favorit banyak penumpang pesawat. Kursi ini disukai karena bisa membuat penumpang beristirahat lebih tenang, terutama dalam penerbangan panjang. Namun, perlu diketahui bahwa penumpang yang duduk di dekat jendela lebih berisiko terpapar radiasi sinar ultraviolet.

Elizabeth Jones, asisten profesor dermatologi di Rumah Sakit Universitas Thomas Jefferson di Philadelphia, Amerika Serikat, mengatakan bahwa risiko terpapar sinar UV bagi orang-orang yang terbang sesekali tidak besar, tapi mereka yang bekerja sebagai kru pesawat bisa memiliki risiko lebih tinggi. Terlebih lagi mereka yang berada di kokpit dengan kaca yang lebar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter tersebut mengatakan bahwa jendela pesawat sebenarnya menghalangi sebagian besar sinar UVB, sejenis radiasi ultraviolet (UV) dari matahari. Sinar ini memiliki panjang gelombang sedang, lebih pendek dari sinar UVA tetapi lebih panjang dari sinar UVC.

Sinar UVB terutama menjadi faktor penyebab kulit terbakar dan dapat merusak DNA dalam sel-sel kulit, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

Menurut Jones, jendela pesawat juga tidak mampu menghalangi sinar UVA sepenuhnya, sehingga menyebabkan penuaan dini, kerutan, dan berpotensi menyebabkan kanker kulit.

"Beberapa jendela lama menghalangi sekitar 50 persen sinar UVA dan beberapa model yang lebih baru bahkan lebih efektif dalam menghalangi UVA," kata dia, seperti dilansir Express.co.uk, Selasa, 3 Juni 2025. 

Dampak Sinar UV 

Cleveland Clinic mencatat bahwa sinar UVA dikaitkan dengan kerusakan kulit jangka panjang, seperti kerutan, dan dapat berperan dalam beberapa jenis kanker kulit.

Untuk melindungi kulit dari sinar berbahaya, dokter menyarankan mengenakan tabir surya di pesawat. Dokter kulit dari U.S. Dermatology Partners Tyler di Texas, Danny Guo, memperingatkan bahwa paparan sinar ini dapat membuat pelancong berisiko terkena berbagai jenis kanker kulit, termasuk melanoma.

Dokter kulit bersertifikat Danny Guo menunjukkan bahwa tingkat UV di dataran tinggi jauh lebih kuat daripada di darat. "Ada peningkatan 2 persen dalam radiasi UV per peningkatan ketinggian 1.000 kaki.

Mengingat bahwa rata-rata ketinggian penerbangan sekitar 30.000 hingga 40.000 kaki, artinya ada peningkatan 60-80 persen tingkat radiasi sinar UV dibandingkan dengan di darat.

Risiko Pilot dan Pramugari

Mamina Turegano menambahkan bahwa kerusakan kulit yang berulang mempercepat tanda-tanda penuaan kulit, seperti hiperpigmentasi, bintik matahari, dan kerutan. Menurut meta-analisis 2019, ditemukan bahwa pilot maskapai penerbangan dan awak kabin menghadapi risiko melanoma dan kanker kulit lainnya sekitar dua kali lipat, dibandingkan dengan populasi umum.

Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar bukti dikumpulkan beberapa dekade lalu dan relevansinya dengan tingkat risiko kontemporer tidak pasti.

Bagi penumpang, jika duduk di samping jendela pada penerbangan siang hari dengan durasi lebih lama, jangan lupa mengoleskan tabir surya. Tapi, jika duduk di lorong atau kursi tengah yang jauh dari sinar matahari langsung, tabir surya tidak terlalu diperlukan. Tabir surya sebaiknya memiliki faktor perlindungan matahari (SPF) minimal 30 untuk melindungi dari UVB, minimal perlindungan UVA bintang 4. 

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |