TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyusun jadwal baru penutupan dan pembongkaran area parkir Abu Bakar Ali atau ABA yang berada di utara Malioboro Yogyakarta. Area ABA merupakan lokasi parkir favorit wisatawan yang hendak ke Malioboro, baik pengguna roda dua hingga bus, karena lokasinya hanya beberapa langkah dari jantung Kota Yogyakarta itu.
Namun, area parkir seluas 7.000 meter persegi yang beroperasi sejak 2016 itu bakal segera ditutup dibongkar. Rencananya, area itu dipersiapkan menjadi ruang terbuka hijau atau RTH.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, rencana penutupan dan pembongkaran itu akan dilakukan pada akhir April, lalu mundur lagi ke pertengahan Mei, kini dibuat jadwal baru. Area parkir ABA akan ditutup pada 1 Juni untuk dipasang pagar kemudian pada 6 Juni 2025 dilakukan pembongkaran.
"Jadi tanggal 6 Juni itu (pedagang di parkir ABA) bisa bergeser ke lokasi baru, karena tentu butuh waktu juga menata barang barang di sana," kata Sekretaris DIY Beny Suharsono, Jumat, 16 Mei 2025.
Lokasi Parkir Baru Malioboro
Lahan baru pengganti parkir Abu Bakar Ali yang dimaksud berupa lahan bekas area kafe di kawasan Kotabaru, sekitar 300 meter di timur parkir ABA atau 600 meter dari Malioboro. Para pedagang eks ABA sebagian besar dipindahkan ke area yang hanya diperuntukkan untuk parkir motor dan mobil itu, bukan untuk parkir bus pariwisata besar.
Pemda DIY juga menyiapkan area parkir di Kampung Ketandan, yang berada di salah satu ruas jalan Malioboro, sebagai tambahan lahan parkir. Material instalasi parkir ABA yang semi permanen yang telah dibongkar, akan dibangun ulang di kawasan Ketandan ini pada 6 Juni.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo di sela dialog dengan para pedagang parkir ABA, Kamis, 15 Mei 2025 menuturkan, selama kurang lebih dua tahun ke depan, para pedagang yang menempati lahan bekas kafe di Kotabaru akan dibebaskan dari berbagai biaya, baik biaya sewa, listrik, air dan kebersihan. Tujuannya agar pedagang bisa menyesuaikan diri dengan pasar baru mereka dulu.
"Area (Kotabaru) ini bisa dipakai dalam waktu lama, selama dua tahun pedagang dibebaskan dari berbagai biaya agar bisa berkembang dulu," kata Hasto.
Parkir untuk Bus Pariwisata
Hasto menuturkan, area parkir yang bisa diakses bus pariwisata saat ini hanya di kawasan dekat Terminal Giwangan. Area Kotabaru maupun Ketandan tidak dibolehkan untuk bus karena aksesnya sangat padat dan tak memungkinkan.
Namun, lokasi yang diprioritaskan untuk bisa diakses armada bus pariwisata di Giwangan tersebut belum dapat dioperasionalkan dalam waktu dekat. Jadi, lokasi-lokasi yang dipersiapkan saat ini baik di Kotabaru maupun Ketandan bisa menjadi tempat singgah bus sementara.
"Untuk mempersiapkan area parkir di Giwangan masih lama, bisa jadi tiga tahun lagi, butuh perencanaan dan pembangunannya," kata dia.
Hasto mengaku memahami kekhawatiran para pedagang terkait kelangsungan usahanya di tempat yang baru. Ia berjanji akan menciptakan berbagai gebrakan yang dapat menarik wisatawan datang ke area parkir di Kotabaru itu.
Pengelola parkir ABA, Doni Rulianto mengungkapkan di area itu terdapat 240 pedagang serta 95 juru parkir dan petugas lapangan. Ratuasan orang ini menggantungkan mata pencaharian disini, baik sebagai juru parkir maupun pedagang oleh-oleh dan suvenir.
"Mereka sudah lama berjualan oleh-oleh dan suvenir di area ABA sehingga kalau beralih ke usaha lain memang tidak mudah," kata dia.
Untuk itu, kata Doni, meski para pelaku usaha parkir ABA menyanggupi untuk relokasi, pihaknya berharap pemerintah memberi keringanan, seperti tidak menarik sewa atau retribusi selama berada di kawasan bekas Menara Coffee itu.