Pentingnya Sinergi Ilmu dan Warisan Budaya dalam Inovasi Jamu

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Sofa Fajriah, menegaskan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan dan warisan budaya dalam pengembangan produk jamu modern.

Inovasi dalam industri jamu dinilai memiliki peran strategis dalam membangkitkan kembali kejayaan herbal Indonesia, katanya dalam acara Kosme Health Workshop di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa. “Kosme menunjukkan bahwa riset dan budaya bisa berjalan beriringan untuk membentuk produk yang tidak hanya modern, tapi juga bernilai budaya tinggi,” ujar Sofa merujuk pada lini produk jamu yang telah dikombinasikan dengan kebutuhan konsumen masa kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inovasi di sektor ini mencakup jamu siap minum, kombinasi jamu dengan superfood, probiotik, serta bahan aktif kosmetik untuk produk kecantikan. Beberapa produk bahkan dikemas dalam bentuk yang lebih dekat dengan selera generasi muda, seperti boba herbal, sparkling herbal, hingga gummy herbal.

Menurut riset Tim CMI, pasar obat tradisional Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan laju CAGR 7,1 persen selama 2024–2033, dengan estimasi nilai pasar mencapai 25,4 miliar dolar AS pada akhir periode.

Tren konsumen juga menunjukkan pergeseran signifikan. Sebanyak 56 persen konsumen muda tertarik pada jamu jika dikemas secara praktis, sementara WHO mencatat 70 persen masyarakat global kini beralih ke produk alami dan herbal pascapandemi COVID-19.

Didukung oleh kekayaan biodiversitas yakni lebih dari 30.000 spesies tanaman, dengan 7.500 di antaranya berkhasiat obat, Indonesia dinilai memiliki posisi strategis untuk menjadi pusat pengembangan produk herbal dunia.

Dalam kesempatan tersebut, pendiri Kosme Health, Shandy Purnamasari, menyebutkan bahwa jamu tidak harus dipersepsikan sebagai sesuatu yang kuno dan pahit. “Kami ingin membawa jamu ke bentuk baru yang lebih bisa dinikmati generasi modern tanpa menghilangkan khasiatnya,” ujarnya.

Kosme Health juga membuka layanan maklon untuk membantu UMKM memproduksi jamu dengan standar tinggi dan efisien.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu, Jony Yuwono, turut menyambut baik langkah ini. “Ini bukan sekadar soal produk, tapi bagaimana kita memahami kembali filosofi jamu sebagai perpaduan antara doa, pengobatan, dan kearifan lokal,” katanya.

Jony menambahkan bahwa kata “jamu” berasal dari Jawa Kuno. Jamu merupakan singkatan dari dua kata, yaitu jampi usodo. Jampi berarti doa dan usodo berarti kesehatan. “Jadi, kuncinya adalah jamu merupakan suatu doa kesehatan,” kata Jony.

Menurut Jony, pembuatan jamu dengan doa sebagai gerbang spiritualitas merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Hal spiritual itu yang membedakan jamu dengan pengobatan tradisional lainnya. Jony mengatakan bahwa profesi jamu sudah tertulis lama dalam sebuah prasasti peninggalan kerajaan Majapahit, yaitu prasasti Madhawapura. Di dalam prasasti tersebut tertulis tiga profesi yang ada pada zaman tersebut, yaitu Abhasana sebagai perancang busana, Angawari sebagai pembuat kuali, dan Acaraki sebagai peracik jamu.

Seorang Acaraki akan selalu berdoa sebelum membuat jamu untuk mengumpulkan energi positif. Jika ada masyarakat atau pasien yang membutuhkan jamu tersebut, maka Acaraki akan memintanya untuk berdoa sebelum meminum jamu tersebut. Tujuannya adalah agar masyarakat atau pasien mengerti bahwa penyembuh utama penyakitnya adalah Tuhan. “Jadi, jamu dan Acaraki hanya sebagai perantara saja,” katanya.

Dalam membuat jamu, berdoa adalah suatu hal yang penting dalam memulainya, karena jamu sendiri memiliki arti doa kesehatan, jadi aneh rasanya jika membautnya tanpa berdoa.

Sofa menambahkan pendekatan yang dilakukan Kosme bisa membuka peluang kolaborasi baru antarpelaku usaha jamu lintas skala. Sofa lebih lanjut menambahkan, peran riset sangat penting untuk mengoptimalkan kekayaan alam tersebut. “Kami berharap inovasi seperti ini terus tumbuh, agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen unggul untuk produk-produk herbal berstandar global,” katanya.

Pemerintah juga turut mendorong pengembangan jamu melalui pendanaan riset, hibah bagi UKM, hingga promosi ekspor, seiring dengan meningkatnya daya saing industri herbal nasional.

Pilihan Editor: 5 Manfaat Kunyit untuk Kesehatan

FAUZAN AL ANSHARI | ANTARA

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |