Profesor Arkeologi Beberkan Alasan Mundur dari Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog Harry Truman Simanjuntak sudah tak lagi bergabung dalam Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia bentukan Kementerian Kebudayaan. Lewat sebuah surat yang dikirimnya pada 22 Januari 2025, dia mengungkap alasan pribadi dan akademis pengunduran dirinya.

“Saya tidak akan terlibat lagi di situ sebagai editor maupun kontributor tulisan,” kata Profesor Riset di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional--kini telah melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)--itu saat dikonfirmasi pada Jumat, 23 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Harry Truman menempati posisi sebagai editor untuk bagian jilid satu tentang sejarah. Tetapi belum sampai menulis konten tulisan, dia memutuskan ke luar karena ada ketidaksesuaian secara akademis. Saat itu, belum juga genap sepuluh hari tim bekerja.

Truman menjelaskan, awalnya dia beserta sejumlah sejarawan berdiskusi hingga larut malam di sebuah hotel di Jakarta untuk membahas outline tulisan. Dalam diskusi perdana itu para hadirin sudah diberikan outline yang tinggal diisi konten-konten yang relevan.

Truman menyatakan merasa janggal karena semestinya outline didiskusikan dulu oleh para ilmuwan yang terdiri dari sejarawah dan prasejarawan, atau diserahkan sepenuhnya kepada editor. Kedua, dalam bab satu tidak menuliskan ‘prasejarah’, tetapi ‘sejarah awal’.

“Dari sudut keilmuan, ini sudah salah. Sejarah itu setelah mengenal tulisan, kalau awal sejarah kita adalah periode Hindu-Budha, dan itu bukan prasejarah,” ujarnya. Truman mengaku berdebat dengan salah satu editor dan sejarawan lain mengenai pemilihan kata ‘prasejarah’ dan ‘sejarah awal’.

Penerima Sarwono Award 2015 itu tidak menyangkal bahwa sejarah secara terminologi diartikan ada setelah ada manusia. Tetapi, sebagai disiplin ilmu, dia menambahkan, sejarah memiliki pendekatan dari sumber-sumber tulisan dan memiliki keterbatasan pada meneliti masa setelah mengenal tulisan.

Sedangkan prasejarah diartikan saat belum mengenal tulisan. Studi prasejarah pun memiliki metode dan pendekatan sendiri berupa pendekatan peninggalan budaya.

“Epistemologinya berbeda dan pendekatan pun berbeda, tapi dipaksakan. Ini sebuah cerminan kesempitan pandangan sebagai ilmuwan,” tuturnya.

Truman teguh pada pendiriannya supaya bagian prasejarah tetap tertulis dan kontennya dibahas lengkap. Bahkan dia juga membuat outline-nya sendiri dan mempresentasikan di hadapan sejarawan lain, pada bagian awal membahas konsep penulisan prasejarah Indonesia.

Bagian ini, kata dia, penting dijelaskan karena berisi metode dan pendekatan yang dipakai dalam penulisan. “Sehingga dari pendekatan dan metode itu orang bisa mengerti bahasan ini dihasilkan dari penelitian yang seperti ini dan lain-lain sebagainya,” ucapnya.

Berdasarkan outline yang ditulis oleh Truman, terdapat delapan bab dalam jilid satu. Bab pertama mambahas soal prasejarah Indonesia, sebelum masuk ke bab-bab berikutnya, antara lain tentang kepulauan nusantara sebelum dihuni manusia dan kehadiran dan kehidupan manusia purba.

Truman juga menawarkan bab-bab yang menerangkan migrasi penutur austroasiatik dan austronesia, nusantara menjelang akhir prasejarah, dan prasejarah masa kini dan masa datang.

Istilah prasejarah, menurut Truman, sudah menjadi baku di kalangan akademisi seluruh dunia. Penghapusan prasejarah dari nomenklatur keilmuan dan diganti menjadi sejawah awal dinilainya sebagai sebuah kesalahan fatal. “Bagi saya, integritas keilmuwan yang lebih penting, karena semua pandangan dunia mengerti apa yang dimaksud dengan prasejarah.”

Sejarah Indonesia hingga Masa Presiden Joko Widodo? 

Hal lain yang tidak bisa diterima oleh Truman adalah penggunaan satu istilah seperti ini justru harus dikonsultasikan dan meminta dukungan kepada menteri. Kemudian, penulisan sejarah ini juga direncanakan berhenti sampai masa pemerintahan mantan Presiden Joko Widodo--yang dinilainya rawan menjadi bias dalam penulisan sejarah, terlebih lagi yang bersangkutan masih hidup dan baru satu tahun lepas dari jabatannya.

"Maka dari itu independensi kepenulisan sejarah ini pun dipertanyakan," kata Direktur Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia ini menambahkan.

Sebagaimana diketahui, penulisan ulang sejarah Indonesia ini akan menghasilkan 10 jilid buku. Proyek ini digerakkan oleh Kementerian Kebudayaan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80. Berikut gambaran isi dari masing-masing jilid, berdasarkan draf awal yang diperoleh Tempo:

Jilid 1: Sejarah Awal Indonesia dan Asal-usul Masyarakat Nusantara

Jilid 2: Nusantara dalam Jaringan Global: Hubungan dengan India dan Cina

Jilid 3: Nusantara dalam Jaringan Global: Hubungan dengan Timur Tengah

Jilid 4: Interaksi dengan Bangsa Barat: Persaingan dan Kerjasama

Jilid 5: Respon Masyarakat terhadap Penjajahan

Jilid 6: Pergerakan Kebangsaan dan Bangkitnya Semangat Merdeka

Jilid 7: Perang Kemerdekaan Indonesia

Jilid 8: Masa-masa Sulit dan Ancaman Persatuan Bangsa

Jilid 9: Era Orde Baru (1967–1998)

Jilid 10: Masa Reformasi (1999–2024)

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |