Agar Cendera Mata jadi Daya Tarik Destinasi Wisata

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Yogyakarta - Cendera mata atau oleh-oleh khas bisa dinilai bisa menggerakkan perekonomian masyarakat lokal di sekitar destinasi wisata. Itu sebabnya, setiap tempat wisata didorong memiliki oleh-oleh yang khas yang bisa menjadi daya tarik selain obyek wisata alam atau buatan yang menarik.

Hal itu diungkapkan Direktur Konten Digital Kementerian Eknomi Kreatif (Kemenkraf), Yuana Rachma Astuti, di sela forum Creators Lab x Gen Matic yang diikuti ratusan konten kreator di Yogyakarta, Kamis, 22 Mei 2025. "Setiap tempat wisata seharusnya ada produk ekonomi kreatif khas yang bisa dibawa wisatawan sebagai oleh-oleh," ujar dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal yang menjadi tantangan, kata Yuana, di era borderless atau tanpa batas saat ini, ketika semua informasi mudah diakses, kekhasan cendera mata di destinasi-destinasi wisata itu seolah jadi berkurang nilainya. Sebab cendera mata itu telah banyak diduplikasi lalu dipasarkan di tempat lain. Jadi, etika wisatawan datang ke suatu destinasi, cendera mata yang dijual di tempat itu tak dilirik karena bisa ditemukan di tempat lain. Bahkan tak jarang, harganya juga lebih murah dengan kualitas yang sama.

Padahal, kata Yuana, secara psikologis, wisatawan ketika datang ke suatu tempat ingin membawa sesuatu produk kreatif untuk bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Namun, karena ada informasi jika produk kreatif itu bisa ditemukan di lokasi lain dengan harga lebih miring, maka wisatawan urung membelinya.

Branding Tempat Wisata dengan Oleh-oleh

Yuana mengungkapkan, saat Kemenekraf masih menjadi bagian Kementerian Pariwisata, ada kebijakan bernama Wisatapreneur yang secara kontinyu mem-branding tempat wisata dengan oleh-oleh khasnya. 

Menurutnya di masa ini, upaya branding atau promosi paket seperti itu yang perlu diberdayakan melalui para konten kreator terutama dari pelaku usaha di kawasan destinasi, agar wisatawan mendapat informasi spot-spot produk ekonomi kreatif yang jadi unggulan ketika menyambangi destinasi itu. Jadi, wisatawan tidak sekedar menikmati destinasinya namun juga berbelanja.

"Kami sulit mencegah produk cendera mata di suatu destinasi tidak diproduksi di lokasi lain, yang bisa dilakukan dengan memberi nilai lebih produk itu, misalnya ditunjukkan kualitasnya dan harga yang bersaing," ujar Yuana.

Menurut Yuana, saat ini ada banyak platform digital yang bisa membantu branding suatu produk kreatif tanpa batas dan berbiaya murah. Menurutnya yang perlu diupayakan, bagaimana membekali skill para konten kreator agar mampu mengemas informasi secara menarik dan membantu branding produk kreatif itu.

"Saat ini kami juga melatih ratusan generasi muda melek teknologi itu lewat ajang Creators Lab agar peserta menjadi kreator profesional," kata dia.

Pembicara lain, Vonny Ernita Susamto, yang juga Direktur Tokopedia dan TikTok E-commerce mengatakan branding saat ini menjadi kunci penarik utama dalam sebuah sistem pemasaran era digital. "Ekonomi kreatif tak bisa dilepaskan dari strategi branding itu, bagaimana para konten kreator juga memahami prinsip afiliasi selain cara membuat konten agar audiens tertarik," kata dia. 

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |