Cerita Rio Fernandes dan Konservasi Mangrove di Pesisir Bengkalis

6 hours ago 3

TEMPO.CO, Bengkalis - Rio Fernandes menunjuk hijaunya kawasan pesisir di Desa Kelapa Pati, Kecamatan Bengkalis, Riau. Diterangkannya, sedikitnya telah tumbuh  20 jenis mangrove sejati dan lima dari jenis asosiasi di sana.

Padahal, sekitar dua dekade lalu, mangrove di kawasan itu pernah berstatus kritis karena habis ditebangi pakai gergaji mesin. Kini pesisir telah beralih rupa kembali, dan bahkan berkembang menjadi kawasan ekowisata. Beberapa kelompok juga datang untuk melakukan penelitian, dari dalam maupun luar negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dulu orang-orang bebas menebang pohon mangrove di sini. Kebanyakan orang luar. Mereka bebas saja seakan kampung ini tak berpenghuni," kata Rio saat ditemui dalam kegiatan penanaman 1.000 bibit mangrove di Balai Desa Kelapa Pati pada Senin 19 Mei 2025. 

Padahal, Rio menambahkan, Kelapa Pati adalah desa padat penduduk. Kondisi lingkungannya menjadi rusak, ditandai dengan arus abrasi yang semakin dalam, seiring dengan penebangan liar dan perambahan hutan mangrove yang terjadi. 

Karena kondisi itulah, Rio menggagas dan kini menjadi pembina kelompok relawan mangrove bersama warga lokal lainnya. Diawali dengan memasang spanduk larangan menebang pohon sepanjang pantai pada 2012, Rio dan kelompoknya kemudian berkeliling Pulau Bengkalis, mencari bibit mangrove dan membudidayakannya di Kelapa Pati. 

Awal 2015, mereka yang berkembang sebagai kelompok Parit Segagah mulai menanam. "Setiap kegiatan tetap libatkan murid sekolah. Beri pengetahuan. Beri semacam informasi pentingnya konservasi untuk masa datang," kata Rio berkomitmen. 

Penanaman mangrove di kawasan bekas penebangan liar di Desa Kelapa Pati, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin, 19 Mei 2025. Tempo/Suryadi M Nur

Rio membawa Parit Segagah terus berjejaring dalam upaya konservasi mangrove. Pada 2024, mereka jalin hubungan dengan Yayasan Gambut, kemudian terhubung ke Global Environment Centre (GEC), dan Aramco Asia Singapura. 

Hasilnya, Rio menyatakan kalau kawasan konservasi mangrove di Kelapa Pati terus menghasilkan dampak positif. Baik secara lingkungan, tapi juga ekonomi . Anggota kelompok dan masyarakat disebutnya bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari mencari siput, lokan, ikan dan kerang yang terbentuk habitatnya seiring kawasan mangrove yang lestari.

Sampai saat ini, Kelompok Parit Segagah telah membudidayakan lebih dari 10 ribu bibit mangrove, termasuk jumlah yang sudah ditanam. Adapun kawasan pesisir yang diklaim telah berhasil dipulihkan seluas 14 hektare. 

Penelitian Universitas Riau pada 2020 menghitung kalau area mangrove yang telah dipulihkan itu mampu menyerap 195,13 ton karbon (C02e) per hektare. Nilai ekonominya setara Rp 268,3 juta per tahun atau Rp 29,8 juta per hektare per tahun. 

"Kami sudah menyusun rencana pemulihan 7 hektare lagi dan sudah tersedia 8 ribu bibit untuk kegiatan selanjutnya," kata Rio.

Pemerintah Bengkalis menyatakan mendukung penuh apa yang dilakukan Parit Segagah. Selain penghijauan, pertumbuhan mangrove di Kelapa Pati juga meningkatkan sedimentasi di wilayah yang selama ini menghadapi laju abrasi tinggi tersebut. 

Johansyah Syafri, Staf Ahli Bupati Bengkasli untuk bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, memaparkan bahwa selama 26 tahun terakhir, laju abrasi di Bengkalis mencapai 59 hektare per tahun. Sementara sedimentasi hanya 16,5 hektare per tahun. "Proses sedimen akan terbantu apabila pantai dihijaukan dengan tanaman seperti mangrove. Semua pihak harus berkolaborasi," katanya.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |