CANTIKA.COM, Jakarta - Menjadi ibu dibarengi dengan beragam perubahan yang tak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ada tubuh yang terasa berbeda, ritme hidup yang berubah total, dan peran baru yang menyerap hampir seluruh energi.
Di tengah itu semua, banyak ibu diam-diam bertanya kepada dirinya sendiri, "ke mana perginya aku yang dulu?" Perasaan ini sering muncul tanpa disadari, dan kerap dipendam karena takut dianggap kurang bersyukur.
Melalui edisi khusus Hari Ibu 2025, Cantika mengangkat tema "Reconnect to Connect", ruang aman ibu untuk kembali terhubung dengan diri sendiri, tanpa rasa bersalah. Merasa kehilangan diri setelah melahirkan bukan berarti kamu gagal menjadi ibu. Itu adalah bagian dari proses, dan kamu enggak sendiri mengalaminya.
Dengan bantuan perspektif psikolog klinis Kezia Toto, bareng-bareng kita mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri ketika menjadi ibu, sekaligus membuka percakapan yang selama ini mungkin dibicarakan dengan jujur dan empati.
Berikut wawancara eksklusif Cantika dengan psikolog klinis Kezia Toto pada awal Desember 2025.
Apa yang sebenarnya terjadi secara psikologis ketika perempuan menjadi ibu untuk pertama kalinya?
Kezia Toto: Ada satu kata yang masih jarang dibicarakan ketika membahas perjalanan menjadi ibu, yaitu matrescence. Sekilas, istilah ini terdengar mirip dengan adolescence, fase remaja yang hampir semua orang pernah lewati.
Kita mudah memahami gejolak remaja karena kita tahu di fase itu tubuh, emosi, dan identitas sedang berubah bersamaan. Hormon bergejolak, perasaan naik turun, dan ada pencarian jati diri kala remaja. Hal serupa terjadi ketika seorang perempuan menjadi ibu untuk pertama kalinya.
Dalam fase matrescence, tubuh kembali mengalami perubahan fisiologis, termasuk penurunan hormon yang cukup drastis. Secara psikologis, hadirnya peran baru yang besar dan menyerap banyak energi, hingga tak jarang ibu merasa bingung, rapuh, atau merasa tidak lagi mengenali dirinya, mirip seperti perasaan saat kita dulu remaja.
Fase ini dialami oleh hampir semua ibu, dan itu hal yang wajar. Matrescence adalah bagian dari proses menjadi ibu.
Apa yang terjadi di fase matrescence?
Kezia Toto: Matrescence seperti proses tarik menarik identitas. Dari sisi teori perspektif evolusioner psikologi, bayi sangat tergantung dengan bapak atau ibu. Secara naluri, ibu selalu ingin melindungi supaya anaknya bertahan hidup.
Di sisi lain, ibu punya identitas lain yang masih ada, sebagai perempuan, istri, anak, dan punya kebutuhan dasar lainnya. Jadi, ada proses tarik menarik antara identitas ia menjadi ibu dan identitas lainnya untuk keberlangsungan hidupnya. Jadi, ketika menyadari ada dinamika tarik menarik itu wajar, dan mungkin kita akan berempati pada diri sendiri.
Sejauh mana faktor psikologis, hormonal, dan fisiologis berperan dalam matrescence?
Kezia Toto: Secara psikologis, tidak ada faktor tunggal. Selalu ada interaksi beberapa faktor di dalamnya.
Dari segi hormonal, ada penurunan beberapa hormon setelah melahirkan yang menimbulkan peraasan enggak nyaman, cemas, dan enggak happy. Sementara itu, faktor perubahan fisiologis bisa memengaruhi perubahan identitas ibu.
Ilustrasi ibu sedang kewalahan. Foto: Freepik
Mengapa banyak ibu merasa kehilangan diri setelah melahirkan?
Kezia Toto: Aku enggak bilang ibu kehilangan diri, tapi ada proses tarik menarik identitas tadi. Jadi, ada fase kebingungan 'aku perlu jadi siapa dulu, yang mana yang paling penting'. Sebenarnya semua identitas penting untuk ibu, menjadi perempuan, pekerja, dan pasangan.
Salah satu faktor yang membuat ibu berbeda dari dirinya yang dulu karena menyamakan identitasnya dengan apa yang sedang lakukan. Banyak orang sering mendeskripsikan identitas dirinya dengan aktivitas. Padahal menjadi ibu akan sulit untuk punya akses ke aktivitas-aktivitas sebelumnya, baik secara waktu, logistik, dan tenaga.
Seberapa penting ruang personal untuk ibu?
Kezia Toto: Tentu penting ruang personal, karena banyak identitas tarik menarik dan ingin mengambil ruang ibu. Bukan hanya ibu yang harus sadar, tapi orang-orang di sekitar juga perlu memahami fase ini.
Berilah ruang personal untuk ibu, bahkan tanpa diminta. Karena bayi pasti butuh ibu, dengan menggantikan peran ibu sebentar saja untuk merawat diri. Ruang personal ini bisa mencegah burnout.
Ilustrasi ibu dan bayi di luar ruangan. Foto: Unsplash/Bethany Beck
Mengapa rasa bersalah sering muncul ketika ibu mencoba mengambil waktu untuk merawat diri?
Kezia Toto: Dalam psikologi, ada namanya proporsional guilt dan disproporsional guilt. Proporsional guilt itu seperti yang kita rasakan saat melukai orang lain. Seringkali yang terjadi pada ibu adalah disproporsional guilt.
Seperti, ninggalin anak 15 menit untuk mandi, padahal kita menitipkan dengan orang yang bertanggung jawab, bapak atau neneknya. (rasa bersalah) Itu yang perlu diwaspadai. Tanyakan kepada diri sendiri rasa bersalah itu proporsional atau tidak.
Apa langkah awal yang bisa dilakukan ibu untuk terhubung dengan dirinya lagi?
Kezia Toto: Kembali ke value yang dianggap penting oleh ibu kala itu. Jika saat ini, porsi menjadi ibu lebih penting daripada bekerja, sah-sah saja, tapi perlu ada proses berdamai dengan itu.
Salah satu cara yang bisa dilakukan ibu adalah mencari value di balik suatu kegiatan. Bertanya pada diri sendiri, 'sebenarnya apa yang saya cari dari kegiatan itu'.
Misal, value saya menjaga kesehatan (health), kedekatan dengan alam (nature), atau koneksi dengan orang lain (connection). Ketika aktivitas lama sulit diakses karena keterbatasan waktu dan tenaga, value tersebut tetap bisa dirawat lewat aktivitas yang berbeda. Contohnya, dulu merasa hidup saat tracking atau hiking, tapi sekarang belum bisa. Cobalah yoga selama lima menit saat bayi tidur siang.
Jika kamu lagi di fase merasa kehilangan diri sendiri setelah melahirkan, kamu enggak sendirian. Perasaan itu wajar terjadi. Selamat Hari Ibu. Salam hormat dan apresiasi untuk setiap ibu yang terus bertahan, belajar, dan tumbuh dengan caranya sendiri.
Pilihan Editor: Mengenal Nyi Hajar Dewantara, Inisiator Hari Ibu
LANNY KUSUMASTUTI | SILVY RIANA PUTRI
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.


















































