Telkom Gandeng Mahasiswa Bangun Irigasi Digital

6 hours ago 1

INFO NASIONAL – PT Telkom Indonesia mengajak mahasiswa menciptakan solusi nyata menghadapi krisis energi dan tantangan pertanian berkelanjutan. Lewat program CSR Innovillage 2024, Telkom mendorong lahirnya inovasi teknologi irigasi digital di wilayah pedesaan.

Inovasi ini dikembagnkan oleh tim mahasiswa Universitas Telkom, HYDRATS. Mereka mengembangkan proyek Serasi (Sistem Irigasi dan Pemantauan Bendungan Terintegrasi IoT) di Kampung Pasir Honje, Kabupaten Bandung. Proyek ini memadukan bendungan kecil, energi surya, dan sistem pemantauan digital untuk mengoptimalkan irigasi pertanian.

Untuk menjawab tantangan di lapangan, tim HYDRATS menghadirkan beberapa fitur utama dalam proyek Serasi, yakni:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Pembangunan Bendungan dan Jalur Irigasi: Struktur bendungan diperkuat dan sistem distribusi air dirancang untuk menjangkau pemukiman serta lahan pertanian secara optimal.

2. Teknologi IoT untuk Pemantauan Air: Berbagai sensor seperti pH, suhu, debit, dan kekeruhan air digunakan untuk memantau kondisi bendungan secara real-time. Data ini dapat diakses warga melalui dashboard antarmuka yang mudah digunakan.

3. Pemanfaatan Energi Terbarukan: PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) digunakan untuk mengoperasikan sistem irigasi, perangkat IoT, dan penerangan jalan umum.

4. Pemberdayaan Generasi Muda: Dengan pendekatan teknologi modern, proyek ini mendorong generasi muda agar kembali tertarik mengelola sektor pertanian secara inovatif dan berkelanjutan.

Ketua tim HYDRATS, Bryan Gabriel Izaac Sasabone, menuturkan bahwa proyek ini tak sekadar menjawab kebutuhan teknis masyarakat desa, tetapi juga membuka peluang besar meningkatkan ketahanan energi dan produktivitas pertanian. “Kami berharap teknologi ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain yang memiliki potensi serupa namun belum tergarap maksimal,” ujarnya.

Upaya ini sekaligus menjawab hasil kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) yang mencatat potensi energi terbarukan Indonesia mencapai lebih dari 7.800 gigawatt, dengan 75 persen bersumber dari energi surya. Namun, potensi besar itu belum dimanfaatkan optimal, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menekankan pentingnya transisi energi di wilayah terpencil. Menurut dia, pemanfaatan sumber energi terbarukan lokal tak hanya memperluas akses listrik, tapi juga menekan emisi karbon dan biaya distribusi.

Hingga November 2024, data Kementerian ESDM menunjukkan masih ada 86 desa yang belum teraliri listrik. Tantangannya bukan hanya soal akses, tapi juga kualitas layanan dan ketergantungan terhadap energi fosil.

Karena itu,proyek seperti SERASI menunjukkan peran penting kolaborasi teknologi dan partisipasi masyarakat. Dari desa, perubahan besar bisa dimulai—menuju kemandirian energi dan pangan yang lestari. (*)

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |