Wamen ESDM Tawarkan Negara BRICS Berinvestasi di Sektor Energi Terbarukan

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menawarkan peluang bagi negara anggota BRICS untuk berinvestasi untuk sektor energi baru dan terbarukan di Indonesia. Tawaran berinvestasi di energi terbarukan itu ia sampaikan saat menghadiri forum BRICS yang berlangsung di Brasilia, Brazil, pada Senin, 19 Mei 2025.

Dalam kesempatan tersebut, Yuliot mengatakan Indonesia juga menyambut upaya kerja sama anggota BRICS, salah satunya dalam energy cooperation roadmap. “Kami melihat peluang yang kuat untuk meningkatkan kolaborasi dengan negara-negara BRICS dan mitra kerja sama di berbagai bidang, termasuk juga sharing best practices pada upaya memperkuat ketahanan energi," kata Yuliot seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 20 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BRICS sendiri merupakan prkumpulan negara berkemabang yang diinisiasi oleh Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan. Perkumpulan ini bertujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi, sosial politik. Selain lima negara tersebut, belakangan juga bergabung Indonesia, Mesir, Ethiopia, Iran dan Uni Emirat Arab sebagai anggotanya.

Yuliot mengatakan terdapat peluang kuat Indonesia untuk bekerja sama dengan anggota BRICS di berbagai bidang. Seperti pengembangan energi nuklir, energi terbarukan dan smart grid, bioenergi, hidrogen, amonia, carbon capture and storage, serta pembangkit listrik tenaga surya off-grid, dan tenaga air.

Terkait dengan aspek pembiayaan, Yuliot juga mendorong negara-negara BRICS untuk mengeksplorasi mekanisme pembiayaan khusus untuk mendukung transisi energi yang adil dan inklusif di masa depan. Yuliot menekankan posisi strategis Indonesia yang selaras dengan kondisi global, yakni transisi energi menuju energi bersih.

Dia menilai transisi energi yang dilakukan di Indonesia harus bersih, adil, berkelanjutan, dan inklusif. Hal itu bertujuan untuk memastikan no one left behind atau tidak ada yang tertinggal. 

Yuliot juga menyatakan transisi energi tidak harus dilakukan dengan pendekatan one-size-fits-all, namun harus merefleksikan kondisi nasional, prioritas pembangunan, dan kedaulatan teknologi.  "Kami yakin BRICS memiliki posisi yang strategis dan keberagaman untuk membentuk kembali tata kelola energi global. Kami berharap dapat bekerja sama erat dengan semua negara anggota BRICS dalam membentuk masa depan yang aman, adil, dan berkelanjutan," ujarnya.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |